Jumat, 13 Februari 2009

Tetap Anut Sistem Ekonomi Terbuka

ASEAN Tetap Anut Sistem Ekonomi Terbuka

Tanggal : 28 Jun 2005
Sumber : Media Indonesia
Prakarsa Rakyat, BASEL (Media): Negara-negara ASEAN (Association South East of Asia Nation)

dipastikan tetap menganut sistem ekonomi terbuka, meskipun negara-negara tersebut menerapkan sejumlah

aturan untuk melindungi pemulihan ekonomi.

''Kami tidak mungkin melakukan sistem tertutup,

karena kami mengetahui keuntungan yang bisa diperoleh dengan sistem terbuka. Namun, kami akan menjaga

jangan sampai uang yang masuk ke ASEAN, khususnya yang bersifat datang dan pergi sementara atau

jam-jaman, kami berikan peluang yang besar. Itu bisa menimbulkan ketidakstabilan, khususnya bagi mata

uang,'' kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Burhanuddin Abdullah seperti dilaporkan wartawan Media Abdul

Kohar, dari Basel, Swiss, kemarin.

Burhanuddin mencontohkan keluarnya Peraturan Bank Indonesia

(PBI) No 7/14/2005 yang mengatur pembatasan valuta asing (valas) sebagai keputusan untuk mengamankan

stabilitas ekonomi Indonesia dari gangguan global tadi.

''Itu harus diantisipasi. Sebab, modal yang

masuk ke Asia, termasuk ASEAN, telah mencapai dua per tiga dari seluruh aliran modal dunia,'' ujar

Burhanuddin yang mewakili bank-bank sentral ASEAN (Lima) di sela pertemuan tahunan Bank for International

Settlements (BIS) tersebut.

Burhanuddin menambahkan, pertumbuhan ekonomi dunia berada dalam

posisi kuat, terutama di negara yang pasarnya sedang berkembang seperti China, Indonesia, dan India. OLeh

karena itu, momentum ini harus dijaga untuk pemulihan ekonomi nasional.

Bank-bank sentral ASEAN

(Lima) sepakat menempuh langkah-langkah untuk menjaga stabilitas makroekonomi domestik setiap negara.

Salah satunya dengan mengeluarkan sejumlah aturan yang melindungi proses pemulihan ekonomi di kawasan

ASEAN dari gangguan global.

''Ada dua gangguan global yang bisa mengancam momentum

pemulihan ekonomi di ASEAN, termasuk Indonesia, yakni stabilitas mata uang dan harga minyak yang tinggi.

Karena itu, kami (ASEAN Lima) sepakat mengeluarkan kebijakan penyelamatan yang mungkin bisa

'mengganggu' pasar global. Langkah itu kami tempuh untuk melindungi momentum pemulihan ekonomi di

kawasan ASEAN,'' ungkap Burhanuddin.

Burhanuddin juga menyinggung perkembangan sistem

perbankan dan keuangan syariah di Indonesia yang sangat bagus. Di pasar, produk-produk halal berdasarkan

syariah dipakai juga oleh lembaga keuangan konvensional. Perbankan syariah bahkan menjadi solusi di

mana-mana, termasuk di negara maju.

''Pasar syariah itu lebih besar daripada yang konvensial. Itu

keuntungan sehingga prospek ke depan sangat bagus,'' tutur Burhanuddin.

Karena itu, dibutuhkan

desain dan arsitektur perbankan syariah yang lebih bagus untuk 10 tahun ke depan. Dalam pertemuan Islamic

Development Bank (IDB) di Malaysia, pekan lalu, Burhanuddin sudah menyampaikan sejumlah pandangan

tentang bagaimana mendesain perbankan syariah tersebut. (X-8)

0 komentar:

 
© free template by Blogspot tutorial