ASEAN Tetap Anut Sistem Ekonomi Terbuka
Tanggal : | 28 Jun 2005 |
Sumber : | Media Indonesia |
dipastikan tetap menganut sistem ekonomi terbuka, meskipun negara-negara tersebut menerapkan sejumlah
aturan untuk melindungi pemulihan ekonomi.
''Kami tidak mungkin melakukan sistem tertutup,
karena kami mengetahui keuntungan yang bisa diperoleh dengan sistem terbuka. Namun, kami akan menjaga
jangan sampai uang yang masuk ke ASEAN, khususnya yang bersifat datang dan pergi sementara atau
jam-jaman, kami berikan peluang yang besar. Itu bisa menimbulkan ketidakstabilan, khususnya bagi mata
uang,'' kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Burhanuddin Abdullah seperti dilaporkan wartawan Media Abdul
Kohar, dari Basel, Swiss, kemarin.
Burhanuddin mencontohkan keluarnya Peraturan Bank Indonesia
(PBI) No 7/14/2005 yang mengatur pembatasan valuta asing (valas) sebagai keputusan untuk mengamankan
stabilitas ekonomi Indonesia dari gangguan global tadi.
''Itu harus diantisipasi. Sebab, modal yang
masuk ke Asia, termasuk ASEAN, telah mencapai dua per tiga dari seluruh aliran modal dunia,'' ujar
Burhanuddin yang mewakili bank-bank sentral ASEAN (Lima) di sela pertemuan tahunan Bank for International
Settlements (BIS) tersebut.
Burhanuddin menambahkan, pertumbuhan ekonomi dunia berada dalam
posisi kuat, terutama di negara yang pasarnya sedang berkembang seperti China, Indonesia, dan India. OLeh
karena itu, momentum ini harus dijaga untuk pemulihan ekonomi nasional.
Bank-bank sentral ASEAN
(Lima) sepakat menempuh langkah-langkah untuk menjaga stabilitas makroekonomi domestik setiap negara.
Salah satunya dengan mengeluarkan sejumlah aturan yang melindungi proses pemulihan ekonomi di kawasan
ASEAN dari gangguan global.
''Ada dua gangguan global yang bisa mengancam momentum
pemulihan ekonomi di ASEAN, termasuk Indonesia, yakni stabilitas mata uang dan harga minyak yang tinggi.
Karena itu, kami (ASEAN Lima) sepakat mengeluarkan kebijakan penyelamatan yang mungkin bisa
'mengganggu' pasar global. Langkah itu kami tempuh untuk melindungi momentum pemulihan ekonomi di
kawasan ASEAN,'' ungkap Burhanuddin.
Burhanuddin juga menyinggung perkembangan sistem
perbankan dan keuangan syariah di Indonesia yang sangat bagus. Di pasar, produk-produk halal berdasarkan
syariah dipakai juga oleh lembaga keuangan konvensional. Perbankan syariah bahkan menjadi solusi di
mana-mana, termasuk di negara maju.
''Pasar syariah itu lebih besar daripada yang konvensial. Itu
keuntungan sehingga prospek ke depan sangat bagus,'' tutur Burhanuddin.
Karena itu, dibutuhkan
desain dan arsitektur perbankan syariah yang lebih bagus untuk 10 tahun ke depan. Dalam pertemuan Islamic
Development Bank (IDB) di Malaysia, pekan lalu, Burhanuddin sudah menyampaikan sejumlah pandangan
tentang bagaimana mendesain perbankan syariah tersebut. (X-8)
0 komentar:
Posting Komentar